Mapres
(mahasiswa berprestasi) merupakan ajang kompetisi tahunan untuk menjaring
bibit-bibit unggul mahasiswa yang prestatif, baik di bidang akademik maupun
non-akademik. Demi mendapatkan kandidat terbaik untuk bersaing di tingkat
nasional, biasanya tiap universitas terlebih dulu mengadakan seleksi internal.
Saya tidak tahu persis bagaimana bentuk seleksi mapres di masing-masing
universitas. Namun, pada coretan singkat ini saya akan berbagi pengalaman
mengikuti seleksi mapres di Unnes, khususnya di Fakultas Bahasa dan Seni, dan
lebih khusus lagi di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris.
Namun
sebelumnya, alangkah lebih baiknya bila saya sampaikan sebuah fakta dulu, agar
nantinya pembaca tidak kecewa. Coretan singkat ini saya tulis berdasarkan
pengalaman pribadi dan juga pengalaman orang lain, karena faktanya adalah
langkah saya dalam mengikuti seleksi mapres di Unnes hanya terhenti sampai
tingkat fakultas saja, tepatnya hanya peringkat tiga fakultas. Namun
bagaimana pun juga, saya tetap ingin
berbagi cerita dan pengalaman saya, karena menurut saya ada dua tipe orang
berpengalaman. Pertama, orang berpengalaman namun enggan berbagi pengalamannya.
Kedua, orang berpengalaman dan mau berbagi pengalamannya. Dan saya memilih
untuk menjadi tipe orang berpengalaman yang kedua.
Di jurusan
Bahasa dan Sastra Inggris, seleksi mapres dilakukan oleh para dosen yang
berpedoman pada mekanisme seleksi mapres tingkat nasional. Oleh karena itu,
tiap peserta seleksi mapres diwajibkan mengumpulkan berkas lengkap yang berisis
biodata diri, sertifikat (kejuaraan lomba, peserta seminar, kepanitiaan, dll),
karya tulis ilmiah (KTI), dan mempresentasikan KTI di hadapan para juri dan
peserta lain. Setelah itu, para juri memilih dua peserta terbaik untuk
mengikuti seleksi di tingkat fakultas. Namun sebelum pelaksanaan seleksi
tingkat fakultas, dua perwakilan dari tiap-tiap jurusan se-Unnes diwajibkan
mengikuti tes tertulis bahasa Inggris yang mana hasil dari tes tersebut
nantinya akan mempengaruhi nilai akhir seleksi mapres di tingkat fakultas.
Mekanisme
seleksi mapres di tingkat fakulats tidak jauh berbeda dengan seleksi mapres di
tingkat jurusan. Bedanya hanya satu, KTI tiap peserta tidak hanya dipresentasikan
dalam bahasa Indonesia, tetapi juga dalam bahasa Inggris. Setelah melewati
semua tahap seleksi, selanjutnya hanya akan dipilih satu peserta terbaik untuk
mewakili fakultas dalam seleksi mapres tingkat universitas.
Untuk
mekanisme seleksi mapres tingkat universitas, tiap peserta tidak hanya
diwajibkan melengkapi pemberkasan dan mempresentasikan KTI, namun juga
ditantang untuk menyampaikan speech,
tentunya dalam bahasa Inggris, mengenai salah satu tema sesuai undian dari
sekian banyak tema yang telah ditentukan sebelumnya.
Setelah
semua tahap dilewati, selanjutnya hanya akan dipilih satu peserta terbaik untuk
mengikuti seleksi mapres tingkat nasional. Namun, tidak ada jaminan bahwa wakil
dari tiap universitas dapat mengikuti seleksi mapres tingkat nasional hingga
tahap presentasi karena hanya 15 peserta terbaik yang lolos tahap pemberkasan
saja yang berhak mempresentasikan KTI di hadapan para juri seleksi mapres
tingkat nasional.
Memang,
mengikuti kompetisi sekelas seleksi mapres memerlukan tekad dan usaha yang luar
biasa. Namun, alangkah lebih baiknya hal tersebut dijadikan sebagai tantangan, at least untuk mengukur seberapa besar
kemampuan dan nyali kita untuk berkompetisi dengan orang-orang hebat. Kita
tidak perlu mengkhawatirkan hasil yang akan kita dapat, karena yang terpenting
adalah bagaimana kita menikmati prosesnya dan menorehkan sebuah pengalaman
berharga dalam salah satu episode kehidupan kita. :)
sakiiii.... :) aku dolan ke blogmu neh :)
ReplyDeletehehe..yup, welcome to my blog ukhtiy ;)
ReplyDeletesilakan baca coretan-coretan kecilku yg lain :)