Thursday 30 January 2014

Jadi Mapres, Why Not?





Mapres (mahasiswa berprestasi) merupakan ajang kompetisi tahunan untuk menjaring bibit-bibit unggul mahasiswa yang prestatif, baik di bidang akademik maupun non-akademik. Demi mendapatkan kandidat terbaik untuk bersaing di tingkat nasional, biasanya tiap universitas terlebih dulu mengadakan seleksi internal. Saya tidak tahu persis bagaimana bentuk seleksi mapres di masing-masing universitas. Namun, pada coretan singkat ini saya akan berbagi pengalaman mengikuti seleksi mapres di Unnes, khususnya di Fakultas Bahasa dan Seni, dan lebih khusus lagi di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris.

Namun sebelumnya, alangkah lebih baiknya bila saya sampaikan sebuah fakta dulu, agar nantinya pembaca tidak kecewa. Coretan singkat ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi dan juga pengalaman orang lain, karena faktanya adalah langkah saya dalam mengikuti seleksi mapres di Unnes hanya terhenti sampai tingkat fakultas saja, tepatnya hanya peringkat tiga fakultas. Namun bagaimana  pun juga, saya tetap ingin berbagi cerita dan pengalaman saya, karena menurut saya ada dua tipe orang berpengalaman. Pertama, orang berpengalaman namun enggan berbagi pengalamannya. Kedua, orang berpengalaman dan mau berbagi pengalamannya. Dan saya memilih untuk menjadi tipe orang berpengalaman yang kedua.

Di jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, seleksi mapres dilakukan oleh para dosen yang berpedoman pada mekanisme seleksi mapres tingkat nasional. Oleh karena itu, tiap peserta seleksi mapres diwajibkan mengumpulkan berkas lengkap yang berisis biodata diri, sertifikat (kejuaraan lomba, peserta seminar, kepanitiaan, dll), karya tulis ilmiah (KTI), dan mempresentasikan KTI di hadapan para juri dan peserta lain. Setelah itu, para juri memilih dua peserta terbaik untuk mengikuti seleksi di tingkat fakultas. Namun sebelum pelaksanaan seleksi tingkat fakultas, dua perwakilan dari tiap-tiap jurusan se-Unnes diwajibkan mengikuti tes tertulis bahasa Inggris yang mana hasil dari tes tersebut nantinya akan mempengaruhi nilai akhir seleksi mapres di tingkat fakultas.

Mekanisme seleksi mapres di tingkat fakulats tidak jauh berbeda dengan seleksi mapres di tingkat jurusan. Bedanya hanya satu, KTI tiap peserta tidak hanya dipresentasikan dalam bahasa Indonesia, tetapi juga dalam bahasa Inggris. Setelah melewati semua tahap seleksi, selanjutnya hanya akan dipilih satu peserta terbaik untuk mewakili fakultas dalam seleksi mapres tingkat universitas.

Untuk mekanisme seleksi mapres tingkat universitas, tiap peserta tidak hanya diwajibkan melengkapi pemberkasan dan mempresentasikan KTI, namun juga ditantang untuk menyampaikan speech, tentunya dalam bahasa Inggris, mengenai salah satu tema sesuai undian dari sekian banyak tema yang telah ditentukan sebelumnya.

Setelah semua tahap dilewati, selanjutnya hanya akan dipilih satu peserta terbaik untuk mengikuti seleksi mapres tingkat nasional. Namun, tidak ada jaminan bahwa wakil dari tiap universitas dapat mengikuti seleksi mapres tingkat nasional hingga tahap presentasi karena hanya 15 peserta terbaik yang lolos tahap pemberkasan saja yang berhak mempresentasikan KTI di hadapan para juri seleksi mapres tingkat nasional.

Memang, mengikuti kompetisi sekelas seleksi mapres memerlukan tekad dan usaha yang luar biasa. Namun, alangkah lebih baiknya hal tersebut dijadikan sebagai tantangan, at least untuk mengukur seberapa besar kemampuan dan nyali kita untuk berkompetisi dengan orang-orang hebat. Kita tidak perlu mengkhawatirkan hasil yang akan kita dapat, karena yang terpenting adalah bagaimana kita menikmati prosesnya dan menorehkan sebuah pengalaman berharga dalam salah satu episode kehidupan kita. :)

2 comments:

  1. sakiiii.... :) aku dolan ke blogmu neh :)

    ReplyDelete
  2. hehe..yup, welcome to my blog ukhtiy ;)
    silakan baca coretan-coretan kecilku yg lain :)

    ReplyDelete