Sunday 15 September 2013

Three Directions (A Short Movie Script)






01.  INT. At the stage. Concert day.
Aldi, Aldo, Domi, Audience
The audiences are ready to enjoy the first concert of the Three Directions. Aldi, Aldo, and Domi begin their performance.

Audiences
Three Directions! Three Directions! Three Directions!!
(They are yelling)

Domi
Guys!!! Are you ready to rock??


The concert begins. At the beginning, the audiences enjoy the music. But finally, they become so anarchist knowing that the Three Directions perform “Heavy Rotation”. They throw up everything they have, shoes, sandals, and so on. The concert is finally failed, totally failed.

02. INT. In the classroom. Morning.
Aldi, Aldo, Domi
Three Directions are sad due to the failure of the concert. They are discussing a way out to make their performance better.

Aldi
Guys, what should we do? Our first concert is totally failed.

Aldo
Yeah, I don’t know why they didn’t like our performance.

Domi
I think we were just unlucky.
(Thinking)
Aha! I have an idea.

Aldi&Aldo
What’s that?

Domi
I think we should see a fortune-teller to find out a solution.

Aldi
Alright, let’s go now! I know where we should go.

Aldo&Domi
Okay
(Following Aldi)

03. INT. In the fortune teller’s place. Morning.
Aldi, Aldo, Domi, Madam Sahara
Aldi, Aldo, and Domi finally see a fortune-teller named Madam Sahara. They already sit in front of her when she is playing some cards.

Madam Sahara
(With a serious face)
I know what your problem is. I know what you want. And I know what you need.

Aldo
Woww….You’re so cool madam.
(While showing his two thumbs up)

Aldi
Well, what should we do then?

Domi
Yes, please tell us the solution, Madam.

Madam Sahara
Now listen carefully. I’ll give you this note. It’s a great solution for you. But remember! You may only open this note after you arrive at school.

Domi
Alright, Madam. Please take this.
(Giving money)

Madam Sahara
Thank you.

04. INT. In the classroom. Morning.
Aldi, Aldo, Domi, Gilang
Aldi, Aldo, and Domi come back to school soon. They come in to the classroom and open the note. They are so shock. There are only two words written there “WORK HARD!”

Aldi
Aarrggghhh…
I can’t believe this. We spent much money only to get those two words?

Aldo
Yeah, what a shame!
Even my grand-grand-grand mother can easily say that: “WORK HARD”.

Domi
Slow down, guys. I’m sure that it has a meaning. Hmm…”WORK HARD”. It may be a code.

Gilang
(Suddenly come in to the classroom while bring a guitar)
Yeah, it’s a code to change your style and your song.

Aldi
What do you mean, Gilang?

Gilang
The song “Heavy Rotation” is so so so girly, you know.

Aldo
Then, what should we do?

Domi
I know! Should we change the song?

Gilang
Yes, you’re right.

Aldi
But we don’t have any song.

Gilang
I have one for you. Just listen carefully.

Aldi, Aldo, Domi
OKAY!

Gilang teaches them a song “What Makes You Beautiful” and the Three Directions begin to practice it.

05. INT. At the stage. Concert day.
Aldi, Aldo, Domi, Audience

Still traumatic of the first concert, the audiences are just quiet. They are waiting for the Three Directions to begin their performance.

Domi
Guys, we’re so sorry for the previous concert. Now, just get ready to rock!! Music…!!!

The audiences are surprised of the Three Directions’ performance. They yell enthusiastically. They dance together and enjoy the concert till the end. The concert is finally successful, totally successful.

06. INT. In the classroom. Exam day. Morning.
Aldi, Aldo, Domi, Gilang, Miss Isti, Students

Miss Isti
Good morning, students.

Students
Good morning ma’am.

Miss Isti
How are you all today?

Students
I’m fine, thanks. And you?

Miss Isti
I’m fine too, thank you. Now, please prepare a sheet of paper. As I said last week, we will have a quiz today.

Aldi, Aldo, Domi
(Desperate)
Oh…No…

Miss Isti
What’s wrong, Aldi, Aldo, Domi?

Aldi
Uumm…Nothing, ma’am. We just forget to study. We’re so busy with our concert.

Miss Isti
Alright, I know that. But that’s your risk of choosing the entertainment world. You may be popular, but don’t forget that your own duty is study.

Aldi, Aldo, Domi
Yes, ma’am…

The exam begins. Aldi, Aldo, and Domi try to cheat by asking the answer to Gilang. Gilang passes a piece of paper. They are so happy. But when they open the paper, there are only two words written there “GOOD LUCK!”

*After the quiz*

Gilang
(Approaching Aldi, Aldo, and Domi)
Sorry guys, I can’t let you cheat in class. I agree with Miss Isti. You may be popular, but don’t forget to study.

Aldi, Aldo, Domi
(Nod their heads weakly)


07. INT. At the stage. Rehearsal day.
Aldi, Aldo, Domi
As usual, Three Directions do their rehearsal. But now there’s a difference. After doing the rehearsal, they open their books and study.
Ending: Aldi, Aldo, and Domi lift their books a bit and smile J

Saturday 31 August 2013

Tomorrow Never Knows


Yesterday gives us memory
Whether it's sweet or bitter
Still, it's worthy to remember

Today gives us view
Of what we are going to do
Because it's a kind of tomorrow's overview

Tomorrow gives us hope
Of what we always dream of
No matter how today goes
Tomorrow never knows

Saturday 13 April 2013

Jilbab: Hijab, Fashion, atau Budaya Arab?


“Berkibar jilbabmu. Di setiap waktu. Di sepanjang jalan kulihat kamu. Gebyar jilbabmu meredam nafsu. Busanamu menyejukkan kalbu…(Jilbab Putih). Kutipan lagu qasidah tersebut pastinya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Jika kita mau menganalisa tiap baris liriknya, kita akan dengan mudah menemukan arti jilbab beserta fungsinya.

Jilbab sebenarnya merupakan kata populer dari khimar. Khimar adalah bahasa Arab yang berarti kain penutup kepala. Mengacu pada kata khimar dan lirik “berkibar jilbabmu”, yang dapat dikategorikan sebagai jilbab adalah kain penutup kepala yang cukup longgar dan menutup dada. Adapun kain penutup kepala yang sekadar menutup rambut ataupun menutup seluruh kepala dan leher namun melekat dan ketat, belum bisa dikategorikan sebagai jilbab. Mengapa demikian? Karena “jilbab” yang ketat dan melekat tidak mungkin dapat berkibar.

Mengenai fungsi jilbab itu sendiri, dari lirik “Gebyar jilbabmu meredam nafsu, busanamu menyejukkan kalbu”, kita bisa mengetahui fungsi utama jilbab adalah sebagai hijab (penutup aurat). Selain itu ada beberapa fungsi lain seperti menjaga kesehatan rambut dan kulit kepala. Namun, apakah para jilbabers (baca: pemakai jilbab) saat ini mengutamakan fungsi jilbab sebagai hijab?

Sekitar tahun 70-an, jilbab masih merupakan “benda asing” di Indonesia. Baru segelintir perempuan yang memakainya. Itu pun sempat menimbulkan perdebatan. Contohnya saja saat beberapa siswi sekolah negeri mulai mengenakan jilbab. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada saat itu sampai-sampai berdebat dengan MUI karena penggunaan jilbab di sekolah negeri dianggap menyalahi peraturan seragam sekolah. Hal ini salah satunya disebabkan oleh paradigma yang keliru. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa jilbab hanya diwajibkan bagi perempuan Arab karena perintah berjilbab turun di tanah Arab. Oleh karena itu, sejak abad ke-7 hingga sekarang, tidak sedikit masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat dunia yang menganggap jilbab adalah sebuah budaya Arab semata. Namun, benarkah jilbab hanya budaya Arab semata? Tentu saja tidak. Pada hakikatnya, perintah untuk berjilbab yang turun di tanah Arab pada waktu itu berlaku untuk seluruh muslimah di negeri mana pun dan sampai kapan pun.

Terkait fenomena bertambahnya jilbabers dari masa ke masa, nampaknya mahasiswi muslim di beberapa kampus pun tidak mau ketinggalan. Dari waktu ke waktu, jilbabers di kampus kian membludak. Hal ini didukung pula oleh fashion designer yang semakin giat mengembangkan model jilbab yang bervariasi, colorful, dan nyaman dipakai, sehingga para jilbabers tetap bisa tampil gaya dan modis. Sayangnya, sebagian model jilbab yang bervariasi tersebut kurang memperhatikan syarat jilbab yang seharusnya cukup longgar, menutup dada, tidak ketat dan tidak transparan

Jadi, fenomena maraknya jilbabers ini bisa dikatakan sebagai respon positif sebagian mahasiswi di beberapa kampus. Namun bagi sebagian lainnya, respon mereka bisa dikatakan kurang positif mengingat masih banyak mahasiswi muslim yang enggan berhijab. Dan sebagian dari mereka yang telah berhijab pun masih melaksanakannya dengan setengah hati; di kampus berjilbab, di luar kampus berbusana “kurang lengkap”. Kemudian, apa sebenarnya arti jilbab bagi Anda? Hijab, fashion, atau budaya Arab?

Tuesday 9 April 2013

Rasanya pindah rumah itu….


Pindah rumah, berjuta rasanya…
Seperti halnya jatuh cinta, pindah rumah pun berjuta rasanya. Memang tak sedikit orang yang sudah pernah mengalami pindah rumah, tapi biarlah coretan kecil ini aku bagikan kepada mereka yang ingin tahu rasanya pindah rumah tanpa harus mengalaminya.

Hari Sabtu, 30 Maret 2013, tepat pukul 9.00 WIB, mobil pick up pesanan kakakku datang. Satu per satu perabot rumah tangga yang sebelumnya telah dikemas pun siap dimuat. Hatiku berdesir, tak terasa sebentar lagi masa kecilku, tawa bahagiaku, tangis manjaku, dan segala torehan memori keluargaku akan segera diangkut, bersama-sama dengan perabot itu.

Sekitar hampir setahun yang lalu, saat keluargaku memutuskan untuk segera menjual rumah kami, kekhawatiran-kekhawatiran akan kehilangan rumah tercinta dan kenangan-kenangan indah keluarga mulai berkelebat di kepalaku. Hingga beberapa bulan setelah itu, saat keluargaku harus menandatangani surat penjualan rumah, hatiku serasa teriris. Di satu sisi, aku merasa lega karena keluargaku telah memenuhi hak orang lain yang masih tertinggal di rumah kami. Namun di sisi yang lain, aku merasa sangat kehilangan. Tak bisa kubayangkan apa yang akan terjadi pada rumah kami yang penuh kenangan itu. Mungkin saja ditempati oleh pemilik yang baru, atau bisa saja dihancurkan untuk kepentingan selain itu.

Home Sweet Home (Not Anymore), puisi yang beberapa bulan lalu aku publish di blog ini, adalah puisi yang sengaja aku tulis untuk menggambarkan bagaimana rasanya akan kehilangan rumah yang ditinggali dari kecil hingga dewasa seperti ini. Namun Alhamdulillah, saat pindah rumah, perlahan-lahan hati ini mulai tenang. Ternyata ada hikmah di balik semuanya. Dengan berpindah rumah, kebersamaan dalam keluarga kami makin erat karena mau tak mau mau kami harus kompak bekerjasama selama berbulan-bulan, mulai dari mencari rumah baru, menjadi kuli bersama saat memperbaiki rumah, mengemasi perabot rumah bersama-sama, menyiapkan segala keperluan pindah rumah, dan hal-hal kecil lain yang tak terhitung jumlahnya.

Kini, aku mulai bisa mengikhlaskan semuanya. Rumah itu. Masa kecilku di rumah itu. Dan segala kenangan bersama abah tercintaku. Aku tahu rumah itu bisa saja hancur, tapi kenangan indah di dalamnya tak akan pernah lebur. Karena memori berharga semasa disitu akan senantiasa bersemayam di hatiku, kekal dan abadi hingga habis masaku.

Minggu, 31 Maret 2013
Senja hari di dalam kereta kaligung mas

Saturday 23 March 2013

Tutor Sebaya, Sebuah Solusi untuk Mendongkrak IPK

Tutor Sebaya dikenal dengan pembelajaran teman sebaya atau antar peserta didik, hal ini bisa terjadi ketika peserta didik yang lebih mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri dan kemudian membantu peserta didik lain yang kurang mampu. Alternatifnya, waktu khusus tiap harinya harus dialokasikan agar peserta didik saling membantu dalam belajar baik satu-satu atau dalam kelompok kecil.
Menurut Winarno Surakhmad (1994: 53), tutor sebaya merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan peserta didik. Ini merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif. Rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama.Peserta didik yang terlibat tutor sebaya akan merasa bangga atas perannya dan juga belajar dari pengalamannya. Hal ini membantu memperkuat apa yang telah dipelajari dan diperolehnya atas tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Ketika mereka belajar dengan tutor sebaya, peserta didik juga mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan melalui tutor sebaya kepada temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Peserta didik melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab.
Metode ini dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi, siswa tersebut mengajarkan materi/latihan kepada teman-temannya yang belum paham. Metode ini banyak sekali manfaatnya baik dari sisi siswa yang berperan sebagai tutor maupun bagi siswa yang diajarkan (Suhito, 1986: 42). Peran guru adalah mengawasi kelancaran pelaksanaan metode ini dengan memberi pengarahan dan lain-lain.
Dalam penggunaan metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti halnya tutor sebaya. Uraian di atas adalah beberapa kelebihan metode tutor sebaya, sementara kekurangan metode ini antara lain, tidak semua siswa yang pintar (tutor sebaya) mampu menjelaskan dengan baik.
Dalam perkembangannya, metode pembelajaran tutor sebaya ini dimanfaatkan oleh mahasiswa bidikmisi Unnes untuk mendongkrak IPK mereka. Inisiatif ini muncul setelah didapatinya 39 mahasiswa bidikmisi Unnes yang IPK-nya masih kurang dari 3,00, padahal mereka diwajibkan untuk memiliki IPK minimal 3,00.
Awalnya, mahasiswa yang akan mengikuti program ini dikumpulkan untuk diberikan pembekalan. Pada saat pelaksanaan pembekalan tutor sebaya, peserta dipertemukan dengan tutor mereka yang berasal dari prodi yang sama. Setelah itu, beberapa dosen yang merupakan pendamping mahasiswa bidikmisi memberikan motivasi untuk meningkatkan prestasi akademik. Seusai pembekalan, peserta dan tutor sebaya tiap fakultas diberikan seorang dosen pembimbing yang bisa mereka mintai bimbingan dan nasihat selama berlangsungnya proses program tutor sebaya.
Alhasil, setelah mengikuti program tutor sebaya ini, sebagian besar dari 39 mahasiswa bidikmisi Unnes yang tadinya memiliki IPK kurang dari 3,00 kini berhasil mendongkrak IPK-nya menjadi lebih dari 3,00. Agaknya, inilah alasan tetap diteruskannya program tutor sebaya yang telah dijalankan. Bahkan, pada tahun 2012 ini peserta tutor sebaya bertambah karena dari 1.450 mahasiswa bidikmisi angkatan 2011, ada 125 orang mahasiswa yang IPK-nya masih kurang dari 3,00.
Dengan bertambahnya peserta, bertambah pula tutor sebaya yang dibutuhkan. Oleh karena itu, berbeda dengan sistem pemilihan tutor sebaya tahap I yang hanya menggunakan sistem penunjukkan langsung, pada tahap II ini diadakan open recruitment bagi mahasiswa yang berminat untuk menjadi tutor sebaya melalui seleksi.
Dengan terus dikembangkannya metode pembelajaran tutor sebaya ini, diharapkan tidak hanya mahasiswa bidikmisi yang IPK-nya masih kurang saja yang mengikuti, namun mahasiswa bidikmisi maupun mahasiswa non-bidikmisi lainnya juga mau memanfaatkan metode ini demi meningkatkan prestasi mereka, bukan hanya sekadar untuk memenuhi kewajiban. Hal ini senada dengan kesan dan harapan salah seorang mahasiswa bidikmisi Unnes dari jurusan Bahasa Inggris, Khoirul Hasan, yang mengungkapkan bahwa tutor sebaya sangat membantu peningkatan pemahaman mata kuliah yang dirasa sulit. Selain itu, ia berharap program ini lebih dikembangkan lagi, sehingga nantinya tidak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa bidikmisi saja, namun juga mahasiswa lain yang membutuhkan.

Monday 18 March 2013

Piano



Sounds are swaying
Insist me not to stop listening
Sounds from paradise
As warm as a sunrise

Feel its smoothness
Lower thy heart resonance
Lead thee to a peaceful shore
That never ever found before

Home Sweet Home (Not Anymore)



There are so many
Moments to remember
It’s not that so easy
To forget all of them forever

That home….
Where I grew up
Will be taken over
By a stranger

Am I wrong?
Sink in this sadness….

That home….
Where I said “mama”
For the first time

That home….
Where I saw “papa”
For the last time

Am I wrong?
Sink in this sadness…..

Sunday 17 March 2013

Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)

Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Universitas Negeri Semarang terletak di Jalan Ampel Gading Raya, Kelurahan Kalisegoro, Gunungpati, Semarang. Proses pembangunan rusunawa ini memakan waktu yang cukup lama, mulai dari tahun 2009 hingga siap ditempati pada tahun 2011. Sejarah rusunawa Universitas Negeri Semarang berawal dari pengajuan proposal dari pihak Universitas Negeri Semarang kepada Kementrian Perumahan Rakyat sebagai usualan pembangunan rusunawa sebagaimana telah direalisasikan di beberapa universitas negeri lainnya seperti UGM dan IPB.
Selama pembangunan rusunawa ini, banyak bermunculan tanda tanya dari para mahasiswa terkait kapan rusunawa siap difungsikan, siapa yang berhak menempati, dan berapa biaya yang akan dibebankan. Awalnya, rusunawa ini diperkirakan akan siap ditempati pada Agustus 2010. Yang berhak menempati rusunawa ini adalah para mahasiswi yang berprestasi, baik akademis maupun non akademis. Setiap penghuni rusunawa akan diwajibkan membayar biaya sewa sebesar satu juta dalam setahun. Setiap kamarnya akan dihuni tiga mahasiswi baru dengan satu room leader mahasiswi lama sebagai koordinator mereka. Tapi dikarenakan belum terpenuhinya seluruh fasilitas, rusunawa baru siap ditempati pada Agustus 2011. Sedangkan yang berhak menempati rusunawa adalah mahasiswi penerima beasiswa bidikmisi dengan membayar biaya sewa sebesar delapan puluh ribu rupiah setiap bulannya.
Secara keseluruhan, rusunawa bisa ditempati oleh sekitar 384 orang karena ada 96 kamar yang masing-masing terdiri atas empat kasur, dua almari besi yang cukup besar dan satu buah tempat jemuran kecil. Rusunawa terdiri atas lima lantai, dimana lantai ke-dua hingga lantai ke-lima masing-masing terdapat 24 kamar tidur dan 16 kamar mandi. Di lantai pertama terdapat kantor manajer rusunawa, kantor satpam, ruangan cleaning service, mushola, dua kamar mandi, tempat wudhu dan tempat parkir. Selain itu, di lantai dasar ada tiga kantin, dua tempat laundry dan sebuah ruang serba guna.
Sebagai sebuah tempat yang diharapkan dapat mencetak generasi yang prestatif baik dari segi akademis maupun non akademis serta berakhlak mulia, rusunawa dikelola sebaik mungkin dengan dibentuknya susunan organisasi. Selaku manajer adalah Bapak Heri Tjahjono, serta Bapak Nurkhin selaku pembina program-program rusunawa seperti pembinaan kerohanian dan program English Village yang diharapkan dapat mengantarkan Universitas Negeri Semarang sebagai universitas yang go internasional. Selain itu, ada juga seorang ibu asrama, seorang asisten ibu asrama, empat orang satpam, dan empat orang petugas kebersihan. Para mahasiswi penghuni rusunawa pun turut terlibat dalam susunan pengurus. Dari sekitar tiga ratus mahasiswi penerima bidikmisi tahun 2011 yang menghuni rusunawa, ditunjuk seorang ibu lurah dan delapan orang ibu RT. Setiap ada informasi dari manajer maupun pembina rusunawa, ibu asrama atau asistennya akan segera meneruskan informasi tersebut kepada ibu lurah, dan ibu lurah pun akan segera meneruskannya kepada para ibu RT yang pada akhirnya informasi tersebut akan segera tersampaikan kepada seluruh penghuni rusunawa.
Adanya sistem yang sudah cukup baik tersebut ternyata sangat berpengaruh terhadap jalannya program-program rusunawa. Sejauh ini, program-program tersebut dapat berjalan dengan cukup lancar. Program pembinaan kerohanian dilaksanakan secara rutin setiap Kamis malam sekitar pukul 19.30 WIB s.d. 21.30 WIB. Program pembinaan kerohanian ini dirancang seperti perkuliahan aktif dimana ada materi yang dilanjutkan dengan tanya jawab. Pemateri sendiri biasanya didatangkan dari dosen-dosen Universitas Negeri Semarang, baik dosen PAI, dosen Bahasa Arab, dan yang lainnya. Program lainnya adalah program English Village, yaitu program pelatihan Bahasa Inggris dimana para mahasiswi penghuni rusunawa diwajibkan mengikuti program tersebut sebanyak dua kali dalam sepekan. Untuk para tutor sendiri, didatangkan langsung dari Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, baik mahasiswa semester lima maupun semester tiga yang secara sukarela memberikan pelatihan Bahasa Inggris kepada para mahasiswi penghuni rusunawa.
Meskipun fasilitas yang ada di rusunawa sudah cukup memadai dan program-program pembinaan sudah berjalan dengan cukup lancar, label sempurna masih belum dapat disematkan pada rusunawa mengingat masih adanya kekurangan, yaitu mengenai lokasinya yang jauh dari kampus dan masih terbatasnya sarana transportasi dari dan ke kampus. Inilah yang menjadi alasan para mahasiswi yang masih enggan menghuni rusunawa. Namun, Umi Mabruroh, mahasiswi Akuntasi penghuni kamar 5B 02 yang ditemui penulis saat observasi ke rusunawa mengatakan, hal tersebut tidaklah menjadi kendala besar karena jarak antara rusunawa dan kampus masih sanggup ia tempuh dengan berjalan kaki. Lagipula, jika dibandingkan dengan semua fasilitas yang didapatkan selama tinggal di rusunawa, hal tersebut bukanlah apa-apa. “Saya pribadi merasa cukup puas tinggal di sini karena airnya selalu lancar, keamanan terjamin, makanan, laundry dan biaya sewa yang relatif murah, ditambah program pembinaan kerohanian dan pelatihan Bahasa Inggris yang sangat bermanfaat bagi saya dan teman-teman semua,” ungkap Umi kepada penulis.
Akhirnya, rusunawa Universitas Negeri Semarang yang telah dirancang sedemikian rupa diharapkan mampu mencetak generasi-generasi yang prestatif, kompetitif dan berakhlak mulia. Dan dengan diberlakukannya peraturan untuk menempati rusunawa selama satu tahun saja diharapkan akan dapat mengefektifkan dan memaksimalkan pembinaan kepada mahasiswa Universitas Negeri Semarang agar nantinya mampu bersaing di tingkat regional, nasional maupun internasional.

Studi Lapangan Bidikmisi Tahun 2010 UNNES ke ITB dan UPI

Berhentinya laju bus pukul setengah satu dini hari, Jumat, 18 November 2011 membangunkan kami dari tidur singkat sejak berangkat malam harinya pukul 21.00 WIB dari kampus Universitas Negeri Semarang. Rupanya masih ada satu peserta lagi dari PGSD Tegal yang akan melakukan perjalanan bersama kami menuju Kota Kembang.
Bus terus melaju kencang membawa sedikitnya sepuluh orang dosen dan dua puluh empat mahasiswa bidikmisi UNNES angkatan 2010 yang akan melakukan studi lapangan ke kampus Institut Teknologi Bandung dan Universitas Pendidikan Indonesia untuk lebih mengenal mahasiswa bidikmisi yang ada disana, berikut program-program unggulan inspiratif yang mereka miliki.
Setelah menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak dan bersih diri, akhirnya pukul 08.30 WIB kami tiba di kampus ITB. Aroma jiwa-jiwa inovatif dan pencetus teknologi kreatif langsung tercium sepanjang langkah kami menuju salah satu aula yang sejuk tanpa pendingin udara karena sistem sirkulasi udaranya yang baik. Di tempat ini, selama kurang lebih satu setengah jam kami habiskan untuk menyaksikan presentasi dari para pengurus Forum Bidikmisi ITB yang dilanjutkan dengan diskusi bersama mengenai program-program bidikmisi yang ada di ITB dan UNNES.
Seperti halnya mahasiswa bidikmisi UNNES yang memiliki forum bernama Unnes Scholarship Community (USC), mahasiswa bidikmisi ITB pun memiliki wadah tersendiri yang bernama “Forum Bidikmisi ITB”. Forum Bidikmisi ITB ini memiliki enam divisi, yaitu Divisi Ekonomi, Divisi Pengembangan Sumber Daya Anggota (PSDA), Divisi Kekeluargaan, Divisi Karya dan Inovasi, Divisi Kajian dan Aksi serta Divisi Humas. Setiap divisi memiliki beberapa program unggulan. Contohnya Divisi Karya dan Inovasi yang mengawali kiprah Forum Bidikmisi ITB dengan mengadakan kegiatan donor darah dan sosialisasi bidikmisi ke daerah-daerah yang ada di sekitar ITB. Dengan kegigihan pengurus Forum Bidikmisi ITB yang didukung seluruh mahasiswa bidikmisi di ITB yang berjumlah 1.150 orang, kami rasa tidaklah mustahil untuk mencapai visi Forum Bidikmisi ITB, yaitu “Satu Asa Berkarya untuk Indonesia” dengan misinya membangun rasa kekeluargaan dan membangun semangat bermimpi dan berkarya nyata bagi Indonesia.
Tepat pukul 11.30 WIB, presentasi dan diskusi antara mahasiswa bidikmisi UNNES dan ITB diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan dan foto bersama. Mengingat masih ada satu tempat lagi yang akan kami tuju, kami segera kembali ke bus dan langsung meluncur ke sana. Pukul 12.30 WIB, kami tiba di tempat studi lapangan kami yang kedua, yaitu IKIP tertua di Indonesia yang sekarang kita kenal dengan nama Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Setelah beristirahat dan sholat, kami berkumpul di aula untuk berdiskusi mengenai program-program bidikmisi yang ada di UNNES dan UPI. Ketika memasuki aula, kami merasa seperti memasuki rumah sendiri karena keluarga besar bidikmisi UPI yang tergabung dalam Forum Lingkar Bidikmisi UPI menyambut kami dengan begitu hangat. Sebelum memulai diskusi, kami sudah disuguhi nasi timbal yang sangat nikmat, sangat pas untuk menghilangkan rasa lapar.
Sekitar pukul 13.30 WIB, diskusi dibuka oleh perwakilan dari Forum Lingkar Bidikmisi UPI. Meskipun jumlah mahasiswa bidikmisi yang ada di UPI mencapai 1.050 orang, namun karena sedang dilaksanakan ujian tengah semester maka hanya ada 11 orang saja yang bisa hadir sebagai perwakilan. Diskusi diawali dengan pengenalan lima departemen yang ada di dalam Forum Lingkar Bidikmisi UPI, yaitu Departemen Humas dan Publikasi, Departemen Human Research and Development (HRD), Departemen Edukasi, Departemen Perekonomian serta Departemen Kerohanian. Setiap departemen memiliki beberapa program unggulan. Namun berbeda dengan sasaran program-program bidikmisi yang ada di ITB yang kebanyakan adalah eksternal anggota, sasaran program-program bidikmisi yang ada di UPI kebanyakan adalah anggota Forum Lingkar Bidikmisi UPI itu sendiri. Hal ini dikarenakan Forum Lingkar Bidikmisi UPI dibentuk dari, oleh dan untuk mahasiswa bidikmisi yang ada di UPI.
Setelah melaksanakan diskusi yang cukup lama, sekitar pukul 15.30 WIB pertemuan kami ditutup dengan penyerahan kenang-kenangan dan foto bersama. Jika ditarik kesimpulan, mahasiswa UNNES, ITB maupun UPI memiliki kesadaran yang sama untuk membentuk sebuah wadah untuk berkumpul dan berbagi lengkap dengan program-program unggulan yang bermanfaat baik bagi pihak luar maupun intern anggota.
Dengan melangkahkan kaki keluar kampus UPI, maka usai sudah kegiatan studi lapangan kami ke Bandung. Dengan menyimpan berbagai ide-ide baru di kepala kami masing-masing, kami bertekad untuk terus maju sesuai dengan tujuan studi lapangan kami, yaitu untuk meningkatkan tekad mahasiswa bidikmisi UNNES untuk tetap termotivasi untuk berprestasi dan berkarya baik akademik maupun non-akademik.